Tekstur makanan yang sesuai usia sangat penting untuk mendukung perkembangan kemampuan makan, motorik mulut, hingga kesiapan anak untuk makan mandiri.
Memasuki usia 6 bulan, bayi mulai membutuhkan asupan nutrisi tambahan selain ASI atau susu formula. Inilah saat yang disebut sebagai masa MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu). Namun, selain jenis dan kandungan gizi makanan, satu hal penting yang sering luput dari perhatian adalah tekstur MPASI.
Tips Penting dalam Pemberian Tekstur MPASI
Pantau kesiapan anak: Amati kemampuan menelan dan mengunyahnya.
Jangan terlalu lama memberi makanan halus. Tekstur harus meningkat bertahap agar tidak menghambat perkembangan oral motor.
Konsistensi penting: Berikan makanan yang sesuai perkembangan usia, bukan hanya usia kronologis.
Waspadai tanda tersedak: Selalu awasi anak saat makan, dan kenali perbedaan antara tersedak dan refleks muntah.
Anak yang suka pilih-pilih makanan (picky eater) adalah hal yang umum terjadi, terutama pada usia balita hingga anak-anak usia sekolah. Meski sering membuat orang tua khawatir, kebiasaan ini biasanya merupakan bagian dari tahap perkembangan anak. Namun, jika tidak ditangani dengan tepat, picky eater bisa berdampak pada kecukupan gizi dan tumbuh kembang anak.
Picky eater adalah kondisi ketika anak hanya mau makan jenis makanan tertentu dan menolak makanan lain, terutama sayur, buah, atau makanan baru. Anak mungkin menolak makanan karena rasa, tekstur, warna, atau hanya karena tidak familiar. Ini bisa membuat waktu makan menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua.
Perkembangan normal – Anak-anak secara alami mengalami fase eksplorasi dan penolakan terhadap hal-hal baru, termasuk makanan.
Pengalaman makan yang kurang menyenangkan – Misalnya, pernah dipaksa makan atau pernah merasa tidak enak setelah makan suatu jenis makanan.
Kebiasaan keluarga – Anak meniru kebiasaan makan anggota keluarga lain.
Masalah sensorik atau medis – Beberapa anak memiliki kepekaan terhadap tekstur atau aroma makanan tertentu, atau memiliki kondisi medis seperti alergi.
Kurangnya asupan nutrisi penting seperti vitamin, protein, dan serat.
Berat badan di bawah rata-rata.
Perkembangan fisik dan kognitif terganggu.
Hubungan negatif dengan makanan dan waktu makan.
nah, supaya anak mau makan tanpa pilih-pilih, bunda bisa lakukan ini :
Sajikan makanan dalam porsi kecil
Sajikan berbagai jenis makanan walaupun makanan tersebut bukanlah kesukaan orangtua
Tawarkan makanan baru pada anak sebanyak 10-15 kali dengan netral
Berikan contoh makan yang menyenangkan
Hentikan dan coba makanan lain yang lebih mirip dengan makanan kesukaan anak, jika paparan terhadap makanan ini buat anak ingin muntah.
Campurlah sedikit makanan baru dengan makanan yang disukai anak
Tetaplah tenang dalam menyikapi asupan anak
Picky eater adalah fase yang bisa dilalui dengan pendekatan yang tepat, sabar, dan konsisten. Kunci utamanya adalah menjadikan makan sebagai pengalaman positif bagi anak, bukan sebagai kewajiban yang membebani. Dengan dukungan dan contoh dari orang tua, anak akan belajar menikmati berbagai jenis makanan sehat yang mendukung tumbuh kembang optimal.
“Apakah Bayiku Sudah Siap MPASI?” Mulai Cek Tanda-Tandanya
Sebagai orang tua baru, kamu mungkin sering bertanya-tanya, “Sudah waktunya MPASI belum, ya?” Lalu buru-buru cari info di internet dan akhirnya menemukan jawaban yang hampir sama di semua tempat: "MPASI dimulai saat bayi usia 6 bulan." Tapi, benarkah itu cukup?
IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) menekankan bahwa meskipun usia minimal MPASI adalah 6 bulan, tanda kesiapan anak tetap harus diperhatikan agar proses makan berjalan aman dan efektif.
Yuk, kenali tanda-tanda kesiapan MPASI si kecil
1. Bayi Mulai Tertarik Saat Lihat Kamu Makan
Bayi usia 6 bulan biasanya mulai “kepo” dengan kegiatan makan. Matanya mengikuti sendokmu, tangannya meraih makananmu. Tapi jangan buru-buru terharu. Tertarik bukan berarti siap. Coba perhatikan: apakah dia hanya penasaran, atau benar-benar ingin memasukkan ke mulut?
Tips: Biarkan bayi duduk di pangkuanmu saat kamu makan, tanpa langsung memberi makanan. Lihat apakah dia hanya “menonton” atau mulai berusaha mengunyah dan meniru.
MPASI itu butuh postur. Bayi yang belum bisa duduk stabil akan kesulitan menelan makanan dengan aman. Kalau kepalanya masih goyang-goyang, lebih baik ditunda.
Ingat: Makan sambil rebahan bukan cuma nggak aman, tapi juga bikin proses belajar makan jadi tidak optimal.
Refleks ini disebut tongue-thrust reflex. Fungsinya untuk melindungi bayi dari benda asing di mulut. Tapi kalau masih aktif, makanan apapun akan didorong keluar oleh lidah. Maka, kamu bisa coba tes kecil: beri sendok kosong. Apakah didorong balik atau diterima?
Ini salah satu tanda yang sering terlewat: apakah bayi bisa meraih benda, membawanya ke mulut, dan mencoba "menggigit"? Kalau iya, itu artinya koordinasi tubuhnya mulai matang dan ini menjadi bagian penting dari proses belajar makan.
Walau kamu belum kasih makanan padat, kamu bisa lihat bagaimana bayi menghadapi sesuatu di mulutnya. Misalnya, perhatikan saat dia mainan gigitan (teether): apakah dia coba “ngunyah” atau hanya diem aja?
Kesiapan pencernaan juga penting. Bayi yang sudah siap MPASI biasanya mulai punya pola BAB yang lebih stabil nggak terlalu sering, nggak juga susah. Perut yang tenang, jadi modal makan yang nyaman.
Idealnya, saat semua tanda kesiapan terpenuhi, dan usia minimal 6 bulan. Kalau usianya sudah pas, tapi beberapa tanda belum terlihat, tunda sedikit lebih lama tidak masalah. Yang penting, bayi siap secara fisik dan mental.
Saat anak mulai MPASI, orang tua sering merasa seperti harus jadi time keeper profesional. Semua ingin serba tepat: jam makan, porsi, camilan, hingga waktu minum. Tapi apakah benar semuanya harus strict? Apa tidak boleh fleksibel?
Jawabannya: boleh, bahkan disarankan untuk fleksibel, selama tetap memperhatikan prinsip gizi dan perkembangan anak.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan frekuensi pemberian makan anak dalam sehari sebanyak 2-3 kali, ditambah 1-2 kali makan selingan (snack) dan ASI/susu 2-3 kali.
Kunci keberhasilam makan pada anak adalah beri anak makan saat anak merasa lapar. Maka dari itu penting banget buat jadwal makan yang teratur dan diantara waktu makan sebaiknya hanya boleh mengonsumsi air putih. Jangan biasakan anak ngemil karena hal ini akan menyebabkan anak tidak akan merasa lapar saat jam makan tiba.
Contoh Jadwal Makan
06.00 ASI
08.00 Makan pagi (MPASI/makanan keluarga)
10.00 Makanan selingan
12.00 Makan siang (MPASI/makanan keluarga)
14.00 ASI
16.00 Makanan selingan
18.00 Makan malam (MPASI/makanan keluarga)
21.00 ASI
02.00 ASI (bila perlu)
Jadwal ini bisa disesuaikan dengan waktu tidur anak, aktivitas, dan kebutuhan keluarga.
Kadang anak nggak mau makan pas "waktunya makan". Boleh ditunda sedikit yang penting tetap rutin dan konsisten, bukan kaku. Kadang mereka kenyang, kadang rewel karena ngantuk, bukan lapar.
Tips :
1. Hentikan pemberian makan jika setelah 15 menit anak bermain-main tanpa makan atau tampak kesal dan membuang-buang makanannya
2. Perhatikan sinyal lapar dan kenyang (bukan paksaan)
3. Suasana makan lebih penting daripada porsi